• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada TEKNOLOGI MESIN & ALAT
PENGOLAH KAKAO – COKELAT
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang Kami
    • Kontak
  • Penghargaan
  • Publikasi
    • Publikasi Ilmiah
    • Seminar
    • Pemberitaan Media
    • Video
  • Artikel
    • Pengolahan Kakao
    • Pengolahan Cokelat
    • Pengolahan Produk Berbasis Cokelat
    • Standard Kualitas Kakao-Cokelat
  • Komunitas
  • Beranda
  • Artikel
  • Proses Pengolahan Cokelat Dengan Metode Konvensional (3): Tempering – Moulding

Proses Pengolahan Cokelat Dengan Metode Konvensional (3): Tempering – Moulding

  • Artikel, Pengolahan Cokelat
  • 7 August 2019, 16.50
  • Oleh: kakao-coklat.tp
  • 0

Setelah proses conching selesai, proses berikutnya yang harus dilakukan adalah tempering. Tempering merupakan perlakuan termo-mekanis dari pasta cokelat untuk menciptakan sejumlah kristal lemak yang tersebar secara homogen dan sangat stabil dalam jenis dan ukuran yang tepat. Kristal ini bertindak sebagai benih pada pertumbuhan kristal untuk memastikan bahwa struktur kristal yang terbentuk kompak selama tahap pendinginan yang dilakukan setelahnya (Delbaere et al., 2016). Cokelat yang diteempering dengan baik akan memiliki karakteristik yang diinginkan, misalnya memiliki kontraksi (mudah dilepas dari cetakan), permukaan yang mengkilap (glossy), keras (snap), serta stabilitas yang optimal pada kondisi penyimpanan normal (Delbaere et al., 2016; Minifie, 1989).

Proses tempering terbagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu  pemanasan pasta cokelat hingga mencapai suhu 50°C. Tahap ini bertujuan untuk melelehkan seluruh kristal lemak yang ada dalam pasta cokelat. Tahap kedua, cokelat didinginkan hingga mencapai suhu 32°C, dilanjutkan dengan penurunan suhu lebih lanjut sampai suhu 27°C. Hal ini bertujuan untuk membentuk kristal βv yang stabil dan kristal β’ yang tidak stabil. Tahap terakhir dilakukan dengan menaikkan suhu hingga 32°C supaya semua kristal β’ yang tidak stabil mencair dan tersisa kristal βv yang stabil (Beckett, 2009).

Karena komposisi triasilgliserol yang cukup sederhana, lemak kakao (cocoa butter) dapat mengkristal dalam sejumlah bentuk polimorfik, dengan setiap bentuk polimorfik memiliki titik leleh dan struktur kristal spesifik (Talbot, 2009). Bentuk polimorfik coklat yang paling stabil adalah bentuk polimorfik βv dengan titik leleh sekiar 33,8 C (Windhab, 2009). Berikut ini adalah skema tempering menurut Afoakwa et.al. (2010)

skema
Gambar. Skema proses perubahan suhu tempering pada pembuatan cokelat batang

Secara konvensional, tempering dilakukan secara manual di atas meja marmer. Proses ini cocok untuk kapasitas kecil. Namun demikian, proses ini membutuhkan pekerja yang terampil dan cocok untuk melakukannya. Selain itu tempering juga dapat dilakukan dengan teknik penyemaian (seeding) dengan menggunakan kristal benih yang terdiri  dari 30 – 95%  polimorfik βv atau βvi (Windahab, 2009). Pada skala industri, mesin tempering otomatis lebih sering digunakan (Afoakwa, 2010).

Moulding

Pasta cokelat dapat dicetak setelah proses tempering selesai dilakukan. Pencetakan bertujuan untuk memperoleh cokelat batang dengan bentuk, kenampakan dan ukuran yang diinginkan. Cetakan dapat terbuat dari bahan polikarbonat, logam atau plastik. Setelah pengisian pasta cokelat pada cetakan, kemudian cetakan tersebut diletakkan di meja getar untuk menghilangkan gelembung udara yang terperangkap ketika pengisian pasta cokelat  pada cetakan. Gelembung udara dapat merusak tampilan cokelat dan dalam kondisi ekstrem dapat menimbulkan variasi berat (Beckett, 2009).

Setelah dicetak cokelat harus didinginkan terlebih dahulu agar teksturnya kuat dan tidak cepat patah atau rusak selama pengemasan. Pendinginan dilakukan selama 12-24 jam pada suhu 15–21˚C dalam kondisi cokelat masih berada dalam cetakan untuk kemudian dilepas  dari cetakan dan disimpan selama waktu yang dibutuhkan. Cokelat dapat disimpan dalam lemari pendingin atau ruangan ber-AC dengan suhu yang konstan. Setelah tekstur cokelat mulai keras, cokelat siap dikemas dengan alumunium foil agar produk cokelat terlindungi dari pengaruh lingkungan, sehingga mutu hasil olahan tetap baik dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama.

 

Referensi

Delbaere, D. Van de Walle, F.Depypere, X. Gellynck, K. Dewettinck. Relationship between chocolate microstructure, oil migration, and fat bloom in filled chocolates Eur. J. Lipid Sci. Technol., 118 (2016), pp. 1800-1826

Minifie, B. W. (1982) Chocolate, Cocoa and Confectionary: Science and Technology. 2nd. Edition. Wesport, Connectitut: AVI Publishing Co., Inc.

Talbot, G., 2009. Chocolate temper in Beckett, S.T., Industrial Chocolate Manufacture and Use, fourth edition. Oxford : Blackwell Science.

Beckett, S. (2009). Industrial Chocolate Manufacture and Use 4th Edition. UK: Blackwell Publishing Oxford.

Afoakwa, E. (2010). Chocolate Science and Technology. UK: Wiley Blackwell Oxford.

Windhab, E.J., (2009). Tempering in: Beckett S. T. , Industrial chocolate manufacture and use. 2nd Edition. Springer-Science Business Media, B.V

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • White chocolate Compound Aneka Rasa dari Aneka Padatan Non-Susu [Diskusi Paper]
  • Cokelat Rendah Kalori : Stevia-Inulin Sebagai Pemanis Aternalif Cokelat [Diskusi Paper]
  • Bagaimanakah Cara Mengevaluasi Kualitas Cokelat?
  • Tujuh Parameter Kualitas Cokelat Terpenting!
  • Aplikasi Cokelat Pada Produk Makanan: Enrobing, Panning dan Praline
Universitas Gadjah Mada

Menara Ilmu
Teknologi Mesin dan Alat Pengolah Kakao-Cokelat
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada

Jln. Flora 1. Bulaksumur 55281 Yogyakarta Indonesia
: kakao-coklat.tp@ugm.ac.id
 : +62-274-563-542

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju